IT Governance & Risk Management
Aspek
IT Governance & Risk Management
Aspek – Aspek IT Governance :
1. Meeting Stakeholder Needs.
Setiap
pemangku kepentingan organisasi memiliki kebutuhan akan keberadaan sistem dan
teknologi informasi dalam konteksnya yang beragam. Ada yang mengharapkan
terjadinya efisiensi, bertambahnya revenue, semakin transparansinya
pengelolaan aset, memperbaiki kendali/control process, meningkatkan utilisasi
pegawai, memberdayakan sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Ini adalah
prinsip utama dari governance, dimana keberadaan sistem dan teknologi
informasi tidak boleh lepas dari konteks kebutuhan dan harapan pemangku
kepentingan tertinggi dalam organisasi atau perusahaan (pemilik dan
pimpinannya).
2. Covering Enterprise End-to-End.
Informasi
sebagai asset penting organisasi dibutuhkan oleh seluruh unit organisasi, dari
yang berada dalam domain proses hulu (dekat dengan pemasok bahan baku) hingga
ke domain proses hilir (dekat dengan pelanggan). Setiap proses di
dalam organisasi pasti membutuhkan informasi, mengolahnya, dan kemudian
menghasilkan informasi baru bagi kebutuhan proses selanjutnya. Oleh karena itulah
maka domain governance harus memperhatikan kenyataan ini sehingga
pendekatan yang dipergunakan perlu utuh dan lengkap, di segala lini proses dan
unit organisasi.
3. Applying a Single Integrated
Framework.
Saat ini,
begitu banyak standar best practice di bidang manajemen
dan governance teknologi informasi yang dikenal di industri dan
diadopsi beranekaragam organisasi maupun perusahaan,
seperti: ISO-38500, TOGAF, ITIL, ISO-20000, ISO-27001, PMBOK, CMMI,
dan lain sebagainya. Dalam konteks ini, Cobit telah mempertimbangkan dan
mengadopsi berbagai kerangka dan konsep best practice tersebut ke
dalam prinsip, model, dan strukturnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Cobit
secara lengkap dan terpadu mengintegrasikan keseluruhan kerangka best practice tersebut.
4. Enabling a Holistic Approach.
Isu governance tidak
bias dilihat sepotong-sepotong, dalam arti kata hanya memandangnya dari satu
sisi perspektif saja. Governance merupakan suatu tatanan konsep yang
berkaitan dengan sejumlah dimensi, seperti: kebijakan, proses, sumber daya,
fasilitas, teknologi, kultur, dan lain sebagainya. Masing-masing domain ini
mampu menjadi pemicu (enabler) bagi terselenggarakannya
praktek governance yang efektif tergantung dari situasi dan konteks
organisasi.
5. Separating governance from management.
Cukup
banyak pihak-pihak yang mencampur adukkan kedua konsep yang secara prinsip dan
hakiki berbeda ini. Di Negara yang kebanyakan organisasi atau perusahaannya
menggunaka nbentuk two-layer system (misalnya: Komisaris dan
Direksi), sangat penting untuk membedakan dan memisahkan
pengertian governance dengan manajemen karena keduanya memiliki
tujuan, alasan, dan karakteristik yang berbeda secara signifikan. Jika
manajemen lebih menekankan pada rangkaian menjalankan aktivitas untuk pencapaian
visi, misi, dan obyektif organisasi yang telah
dicanangkan, governance lebih fokus pada cara-cara pencapaian visi,
misi, dan obyektif tersebut yang sejalan dengan prinsip-prinsip nilai (value)
yang dianut oleh pemilik perusahaan seperti transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, dan lain sebagainya.
Aspek – Aspek Risk Management :
1. Tataran Korporasi
Aspek
ini terdiri atas tiga hal. Pertama, kecukupan modal minimum. Kedua,
batasan portofolio investasi. Ketiga, pemisahan rekening perusahaan dan
nasabah. Pengaturan aspek ini dimaksudkan untuk mencegah kejahatan korporasi
(corporate crime).
2. Tataran Pengelola Perusahaan
Aspek ini
terdiri atas tiga hal juga. Pertama, kompetensi manajemen berupa pengalaman dan
keahlian. Kedua, integritas pengurus berupa rekam jejak yang tidak tercela.
Ketiga, tata pengelolaan yang baik dan transparan. Pengaturan aspek ini
dimaksudkan untuk mencegah kejahatan pimpinan perusahaan (white collar
crime).
3. Tataran Pelaksana Lapangan Perusahaan
Aspek ini terdiri atas tiga hal. Pertama, pengenalan selera risiko
nasabah (risk appetite). Kedua, pengetahuan tenaga penjual akan produk
investasi yang dijualnya. Ketiga, transparansi dalam menjelaskan risiko
investasi. Pengaturan aspek ini dimaksudkan untuk mencegah kejahatan tenaga
pelaksana (blue collar crime).
Contoh Aspek IT Governance :
Dalam sistem perpajakan, untuk mendapatkan
data wajib pajak, pengisian bahkan penyetoran walaupun sudah menggunakan e-filling/e-payment yang
secara perhitungan bisa, real time dan on line, tetapi masih banyak lubang
kebocoran, mulai dari pengisian sampai ke pelaporan. Dengan demikian maka
proses tatakelola teknologi informasi menjadi sangat penting di suatu
organisasi.
Contoh Aspek Risk Management:
Pabrik sepatu dengan tenaga 10 orang
menghadapi resiko bahwa sepatu-sepatu tersebut rusak. Bila pabrik tersebut
menambah mesin dan tenaga kerja, maka resikonya bertambah, antara lain
kerusakan mesin, keributan karyawan dan lain-lain.
Langkah-langkah pada auditing IT Governance :
Auditor TI bertanggung jawab atas penilaian
efisiensi tata kelola TI dengan tingkatan prosedur dalam pelaksanaannya.
Berikut ini adalah langkah - langkah pada auditing IT Governance:
·
memulai
program tata kelola TI: menjelas- kan tata kelola TI dan nilainya pada
manajemen
·
menilai
kondisi saat ini: memberikan masukan dan membantu memberikan penilaian kondisi
yang sebenarnya
·
merencanakan
solusi tata kelola TI
·
memantau
inisiatif tata kelola TI
· membantu
membuat bisnis tata kelola TI, seperti : memberikan input objektif dan
konstruktif, mendorong penilaian diri, dan memberikan keyakinan kepada
manajemen bahwa tata kelola bekerja secara efektif.
Pejelasan Audit IT pada domain EDM (Evaluate,
Direct, and Monitor), APO (Align, Plan and Organise), BAI (Build, Acquire and
Implement), DSS (Deliver, Service and Support), dan MEA (Monitor, Evaluate, and
Assess) :
·
Audit
IT pada domain EDM (Evaluate, Direct, and Monitor)
Proses tata kelola EDM berurusan dengan tujuan stakeholder dalam
melakukan penilaian, optimasi risiko dan sumber daya, mencakup praktek dan
kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi pilihan strategis, memberikan arahan
kepada IT dan pemantauan hasilnya.
·
Audit
IT pada domain APO (Align, Plan, and Organise)
Proses manajemen APO memberikan arah untuk penyampaian solusi (BAI) dan
penyediaan layanan dan dukungan (DSS). Domain ini mencakup strategi dan taktik,
dan identifikasi cara terbaik agar IT dapat berkontribusi pada pencapaian
tujuan bisnis.
·
Audit
IT pada domain BAI (Build, Acquire, and Implement)
Proses manajemen BAI memberikan solusi dan mengimplementasikannya
sehingga berubah menjadi layanan. Untuk mewujudkan strategi IT, solusi IT perlu
diidentifikas ikan, dikembangkan, serta diimplementasikan dan di integrasikan
ke dalam proses bisnis. Perubahan dan pemeliharaan sistem yang ada juga
tercakup dalam domain ini, untuk memastikan bahwa solusi dapat memenuhi tujuan
bisnis.
·
Audit
IT pada domain DSS (Deliver, Service, and Support)
Proses manajemen DSS menyampaikan solusi yang dapat digunakan bagi
pengguna akhir. Domain ini berkaitan dengan penyampaian dan dukungan layanan
aktual yang dibutuhkan, yang meliputi pelayanan serta pengelolaan keamanan dan
keberlangsungan dukungan layanan bagi pengguna, dan manajemen data dan
fasilitas operasional.
·
Audit
IT pada domain MEA (Monitor, Evaluate, Assess)
Proses manajemen MEA memonitor semua proses untuk memastikan bahwa
pengarahan yang disediakan domain yang sebelumnya diikuti. Semua proses IT
perlu dinilai secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengontrol kualitas dan
kepatuhannya. Domain ini merujuk pada manajemen kinerja, pemantauan
pengendalian internal, kepatuhan terhadap peraturan dan tata kelola.
Komentar
Posting Komentar